Showing posts with label Fiksi. Show all posts
Showing posts with label Fiksi. Show all posts
Download Novel Hitam di Atas Putih PDF full
Lihat Detail

Download Novel Hitam di Atas Putih PDF full

 
Download atau baca Novel Hitam di Atas Putih pdf by Buku Tentara Polisi Full Episode. Novel Ini genre nya Fiksi. Buat anda yang suka membaca novel, saya rekomendasikan untuk membaca cerita novel ini. Novel ini pertama kali diterbitkan di platfrom digital online (KBM) .


Info Novel

  Judul    : Hitam di Atas Putih
  Penulis  : Buku Tentara Polisi
  Genre    : Fiksi
  source   : KBM
  Tahun    : 2023

Sinopsis Hitam di Atas Putih

Tentara sombong bernama Yogi mengira calon istri yang dijodohkan dengannya adalah seorang gadis
kampung yang kuper. Tak menyangka setelah bertemu, ternyata Latifa adalah mahasiswi populer yang juga seorang calon dokter.

Download Novel Hitam di Atas Putih PDF 


*Untuk menghargai karya penulis buku / novel "Hitam di Atas Putih" ini, Jangan lupa beli buku original nya Di Gramedia di kota anda, thanks. 



Download Novel Crazy Taboo PDF by Lilith Sun
Lihat Detail

Download Novel Crazy Taboo PDF by Lilith Sun

 


Full Episode Novel Crazy Taboo pdf - Lilith Sun. Novel Karya dari Lilith Sun Ini bergenre Fiksi. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Crazy Taboo    

  • Penulis : Lilith Sun

  • Genre   : Fiksi

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2019



Sinopsis 

 "Di mana dia?" Pertanyaan itu bernada tenang dan datar. Namun efeknya cukup membuat semua yang mengenal siapa pria itu jadi mengkerut takut.



                              

Para pelayan saling melirik, mengasihani kepala pelayan yang harus menjawab pertanyaan pria bermata abu-abu itu.



                              

"Maaf, Tuan. Nona Abby memaksa ikut ke sana," jawab Sang Kepala Pelayan dengan pelan.



                              

Pria bermata abu-abu itu berbalik tanpa mengucapkan apapun. Yang dicarinya tidak ada di rumah mewah ini.



                              

***



                              

Pria itu menatap datar orang-orang yang berkumpul di rumah duka tersebut. Kerumunan orang bepakaian serba hitam memenuhi pelataran dan ia yakin ada lebih banyak lagi di dalam.



                              

Pria itu berbisik sekilas pada pengawalnya melalui jendela mobil. Kacamata hitam yang dikenakannya terpasang, menghalau kemungkinan ada orang yang mengenali siapa dirinya.



                              

Beberapa menit berlalu, dan pria itu mulai mengetukkan jari dengan tidak sabar di pangkuannya. Hingga akhirnya, sosok kedua pengawalnya yang tadi masuk ke dalam rumah duka akhirnya keluar dan mengundang perhatian.



                              

Semua orang menoleh, memperhatikan dengan penasaran siapa pria-pria yang menggendong paksa Abby Young, putri satu-satunya Melanie Young yang baru saja meninggal akibat kecelakaan.



                              

Gadis kecil berusia enam tahun itu berteriak dan meronta-ronta, membuat orang di sekitarnya khawatir. Namun seorang pastur muncul dari dalam, tampak mengucapkan salam perpisahan kepada Abby dan kedua pria bersetelan hitam itu.



                              

Saat Abby dibawa ke dalam mobil, pastur itu menjelaskan ke orang-orang yang menatapnya bingung. "Ah, Abby diambil oleh satu-satunya kerabat Nyonya Young," ucapnya cukup keras sehingga bisa didengar bahkan oleh pria di dalam mobil.



                              

Terdengar gumaman memaklumi di sekitar. "Sungguh malang gadis kecil itu," ucap salah seorang wanita seraya menatap prihatin pada Abby yang masih menangis dan berteriak.



                              

"Mommy! Aku mau mommy!"



                              

Abby digendong dengan tangannya ditahani oleh pria yang membawanya, lalu dengan paksa didorong masuk ke dalam mobil.



                              

Abby yang mengira akan terjatuh di mobil, seketika mendapati sepasang lengan meraup tubuhnya dalam pangkuan. "Daddy!" serunya lalu memeluk leher pria itu.



                              

Pria itu melepas kaca mata hitamnya, menimang putrinya dalam dekapan. "Sst ... tenanglah, Princess. Ada Daddy di sini."



                              

Suara datar, sikap yang dingin, seketika semuanya menghilang ketika menghadapi gadis kecil ini.



                              

"Mommy! Mereka mengambil mommy-ku! Daddy, mereka mengambil mommy-ku! Mommy-ku tidur dan mereka mengambilnya dariku!" raung Abby menangis di dada ayahnya.



                              

Pria itu membelai bahunya, mencium sambil bergumam menenangkan di telinga putrinya.



                              

"Kau memilikiku, Abby. Kau punya Daddy. Daddy akan selalu menemanimu."



                              

"Tidak! Daddy bohong! Daddy hanya bersamaku selama musim panas! Aku mau mommy-ku!"



                              

"Tidak, Abby. Daddy akan selalu bersamamu. Selamanya."



                              

Namun gadis kecil itu masih terus menangis dan memberontak. Butuh beberapa jam akhirnya dia kelelahan lalu tertidur dalam pelukan ayahnya.



                              

"Mulai saat ini, kita hanya punya satu sama lain,Princess," bisik pria itu sambil menatap wajah sembab putrinya yang tertidur.



                              

                              

***


Itulah Sedikit Sinopsis Dari Novel Crazy Taboo  karya Lilith Sun. Nah, Teruntuk kalian pecinta novel, sebenarnya masih panjang sekali kelanjutan ceritanya. Sang Penulis(Author) Membuat ceritanya sangat menarik, merangkai kata-kata nya itu Loh yang membuat pembaca masuk kedalam jalan ceritanya. 



Cara Membaca Novel Full Episode 

Yang pertama Silahkan kalian install dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Setelah install Kemudian klik icon pencarian di aplikasi tersebut dengan katalog Crazy Taboo .

Yang Kedua Kalian wajib siapkan coffee atau teh, lebih enak kalo di iringi musik kesukaan kita sendiri.. hahaha just kidding yah guys. Tapi emang bener gays. Kebiasaan mimin kalo baca wajib banget diiringi musik kesukaan. 

Nah yang terakhir kalian bisa baca online gratis di sebuah halaman bawah ini. 


Baca full Novel 



 


Full Episode Novel Crazy Taboo pdf - Lilith Sun. Novel Karya dari Lilith Sun Ini bergenre Fiksi. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Crazy Taboo    

  • Penulis : Lilith Sun

  • Genre   : Fiksi

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2019



Sinopsis 

 "Di mana dia?" Pertanyaan itu bernada tenang dan datar. Namun efeknya cukup membuat semua yang mengenal siapa pria itu jadi mengkerut takut.



                              

Para pelayan saling melirik, mengasihani kepala pelayan yang harus menjawab pertanyaan pria bermata abu-abu itu.



                              

"Maaf, Tuan. Nona Abby memaksa ikut ke sana," jawab Sang Kepala Pelayan dengan pelan.



                              

Pria bermata abu-abu itu berbalik tanpa mengucapkan apapun. Yang dicarinya tidak ada di rumah mewah ini.



                              

***



                              

Pria itu menatap datar orang-orang yang berkumpul di rumah duka tersebut. Kerumunan orang bepakaian serba hitam memenuhi pelataran dan ia yakin ada lebih banyak lagi di dalam.



                              

Pria itu berbisik sekilas pada pengawalnya melalui jendela mobil. Kacamata hitam yang dikenakannya terpasang, menghalau kemungkinan ada orang yang mengenali siapa dirinya.



                              

Beberapa menit berlalu, dan pria itu mulai mengetukkan jari dengan tidak sabar di pangkuannya. Hingga akhirnya, sosok kedua pengawalnya yang tadi masuk ke dalam rumah duka akhirnya keluar dan mengundang perhatian.



                              

Semua orang menoleh, memperhatikan dengan penasaran siapa pria-pria yang menggendong paksa Abby Young, putri satu-satunya Melanie Young yang baru saja meninggal akibat kecelakaan.



                              

Gadis kecil berusia enam tahun itu berteriak dan meronta-ronta, membuat orang di sekitarnya khawatir. Namun seorang pastur muncul dari dalam, tampak mengucapkan salam perpisahan kepada Abby dan kedua pria bersetelan hitam itu.



                              

Saat Abby dibawa ke dalam mobil, pastur itu menjelaskan ke orang-orang yang menatapnya bingung. "Ah, Abby diambil oleh satu-satunya kerabat Nyonya Young," ucapnya cukup keras sehingga bisa didengar bahkan oleh pria di dalam mobil.



                              

Terdengar gumaman memaklumi di sekitar. "Sungguh malang gadis kecil itu," ucap salah seorang wanita seraya menatap prihatin pada Abby yang masih menangis dan berteriak.



                              

"Mommy! Aku mau mommy!"



                              

Abby digendong dengan tangannya ditahani oleh pria yang membawanya, lalu dengan paksa didorong masuk ke dalam mobil.



                              

Abby yang mengira akan terjatuh di mobil, seketika mendapati sepasang lengan meraup tubuhnya dalam pangkuan. "Daddy!" serunya lalu memeluk leher pria itu.



                              

Pria itu melepas kaca mata hitamnya, menimang putrinya dalam dekapan. "Sst ... tenanglah, Princess. Ada Daddy di sini."



                              

Suara datar, sikap yang dingin, seketika semuanya menghilang ketika menghadapi gadis kecil ini.



                              

"Mommy! Mereka mengambil mommy-ku! Daddy, mereka mengambil mommy-ku! Mommy-ku tidur dan mereka mengambilnya dariku!" raung Abby menangis di dada ayahnya.



                              

Pria itu membelai bahunya, mencium sambil bergumam menenangkan di telinga putrinya.



                              

"Kau memilikiku, Abby. Kau punya Daddy. Daddy akan selalu menemanimu."



                              

"Tidak! Daddy bohong! Daddy hanya bersamaku selama musim panas! Aku mau mommy-ku!"



                              

"Tidak, Abby. Daddy akan selalu bersamamu. Selamanya."



                              

Namun gadis kecil itu masih terus menangis dan memberontak. Butuh beberapa jam akhirnya dia kelelahan lalu tertidur dalam pelukan ayahnya.



                              

"Mulai saat ini, kita hanya punya satu sama lain,Princess," bisik pria itu sambil menatap wajah sembab putrinya yang tertidur.



                              

                              

***


Itulah Sedikit Sinopsis Dari Novel Crazy Taboo  karya Lilith Sun. Nah, Teruntuk kalian pecinta novel, sebenarnya masih panjang sekali kelanjutan ceritanya. Sang Penulis(Author) Membuat ceritanya sangat menarik, merangkai kata-kata nya itu Loh yang membuat pembaca masuk kedalam jalan ceritanya. 



Cara Membaca Novel Full Episode 

Yang pertama Silahkan kalian install dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Setelah install Kemudian klik icon pencarian di aplikasi tersebut dengan katalog Crazy Taboo .

Yang Kedua Kalian wajib siapkan coffee atau teh, lebih enak kalo di iringi musik kesukaan kita sendiri.. hahaha just kidding yah guys. Tapi emang bener gays. Kebiasaan mimin kalo baca wajib banget diiringi musik kesukaan. 

Nah yang terakhir kalian bisa baca online gratis di sebuah halaman bawah ini. 


Baca full Novel 



Download Novel Pak Dosen Suamiku PDF by Irhen Dirga
Lihat Detail

Download Novel Pak Dosen Suamiku PDF by Irhen Dirga

 


Full Episode Novel Pak Dosen Suamiku. Novel Karya dari Irhen Dirga Ini bergenre Fiksi romantis. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Pak Dosen Suamiku    

  • Penulis : Irhen Dirga

  • Genre   : Fiksi rromanti

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis 

 Banyak usaha dan waktu yang Luvina lalui, tapi mamanya  tetap keuekuh menjodohkan dirinya dengan anak Tante Rana. Entah kenapa, setiap usaha yang ia lakukan untuk menggagalkan pertemuan keluarga, tak pernah membuat wanita paruh baya itu menyerah. 

Apakah harus dijodohkan seperti ini? Kenapa Mama tidak pernah membebaskanku memilih pasangan hidup sendiri? 



                              

Setelah papanya meninggal,  sang mama memang lebih mengekang Luvina. Beliau ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Namun, sesuatu yang dianggap baik itu, justru membuat Luvina bingung dan pusing.

Gadis itu berjalan pelan menyusuri koridor kampus, dengan pikiran menerawang lalu memasuki ruangan. Tampak teman-teman seruangannya sedang berkerumun, termasuk Gita, sahabatnya. Luvina menghampiri mereka. Situasi yang sedikit aneh tak seperti biasa, membuatnya penasaran.



                              

"Ada apa? Berita apa lagi, nih? tanya Luvina. Meski sebenarnya  malas, rasa penasaran menuntunnya ke sana.



                              

"Eh, Luvina. Ayo, duduk sini, Vin!" ajak Gita, sembari menarik tangan sahabatnya.



                              

"Lo tahu nggak, Vin. Kita kedatangan dosen baru loh, dari Jepang. Lihat nih, gue udah mandi pagi buta demi dosen kita itu. Emangnya lo nggak buka grup Whatsapp, ya?" tanya Nelly.



                              

"Oh, enggak. Semalam ponsel gue lowbatt, jadi nggak sempat buka. Ya udah, lanjutkan saja, ya," ucap Luvina, lalu beranjak menjauh dari kerumunan para wanita kesepian. Kenapa kesepian? Karena mereka nggak pernah berhenti mencari perhatian pada lelaki di luar sana.



                              

"Lo kenapa lagi mukanya asem begitu? Masih persoalan perjodohan lo?" tanya Gita, yang ternyata sudah keluar dari kerumunan itu.



                              

"Hooh ... emang mau masalah apa lagi? Sebel deh, pengin nangis terus tahu nggak!"



                              

"Kenapa?"



                              

"Nyokap makin keukeuh ngejodohin gue sama anak Tante Rana. Gue males banget, Git. Apalagi gue nggak pernah ngeliat cowok yang bakal dijodohin itu. Pas minta sama nyokap fotonya, atau minta ke Tante Rana foto anaknya itu, ehh ... malah gue dibilang ngebet, agresif. Gue disuruh sabar, dan ntar bakal liat dia di acara hari H nanti. Kan sebel gue, Git!" kata Luvina. 

Memang  gadis itu akhir-akhir ini mengalami sstres, memikirkan perjodohan yang sudah diatur orang tuanya jauh sebelum dirinya itu dewasa. Mengabaikan kebisingan di sebelah, karena ia tak tahan ingin bercerita pada Gita.



                              

"Lo khawatir cowok yang bakal dijodohin sama lo itu ... jelek?"



                              

"Ada ya, Git  nikah, tapi nggak tahu siapa calon suami kita?"



                              

"Yah, gue tahu sih, gimana perasaan lo. Tapi kan, kalian itu temen kecil," ujar Gita. 

Luvina memang melupakan satu hal. Pria yang mau dijodohkan dengannnya adalah teman sewaktu ia kecil. Namun, mereka berteman hanya sebentar, siapa namanya ia pun lupa tak tahu. Lupa. Saat itu Tante Rana menginap di rumahnya hanya semalam, saat ia terbangun di pagi hari, mereka sudah tidak ada. Satu hal yang pasti, anak kecil yang dulu itu gendut, kuat makan, dan berkacamata tebal. Ia mengingat sosoknya, meski tak pernah menilai sesuatu hanya dari penampilan seseorang.



                              

"Iya, gue emang pernah temenan sama dia, tapi itu sebentar loh, Git. Tante Rana nginap di rumah gue cuma semalam aja."



                              

"Sabar aja kali, Vin, mungkin saja lelaki itu emang udah jodoh lo juga."



                              

"Masa iya, umur gue yang baru dua puluh lima tahun harus menikah? Umur kayak kita gini kan, harusnya kuliah ngejar strata dua sampai karir nanti. Masa iya, gue harus nikah? Ya Tuhan ... Gue sebel banget sama hidup gue. Kenapa ya, ada perjodohan di zaman modern kayak gini?"



                              

"Sabar dong, Vin, lo kan tahu nyokap lo itu gimana."



                              

"Kalau udah kayak gini, gue jadi kangen bokap.



                              

"Ya udah, gue bakal dengerin lo sampai cerita lo selesai. Gue yakin kok, Vin, nyokap lo pengin yang terbaik buat lo. Mana ada sih orang tua mau jerumusin anaknya ke lubang maut? Nggak ada, kan? Jadi lo yakin aja, pilihan nyokap lo itu adalah yang terbaik. Ingat lo hanya punya ibu dan kakak, jadi lo musti nurut sama mereka," ujar Gita, membuatnya merasa sedikit tenang,

"Tapi, gue tanya deh sama lo, Vin. Satu hal saja ...."


Dapatkan File PDF !!! 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. File Ebook Pak Dosen Suamiku

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel tersebut . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 



 


Full Episode Novel Pak Dosen Suamiku. Novel Karya dari Irhen Dirga Ini bergenre Fiksi romantis. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Pak Dosen Suamiku    

  • Penulis : Irhen Dirga

  • Genre   : Fiksi rromanti

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis 

 Banyak usaha dan waktu yang Luvina lalui, tapi mamanya  tetap keuekuh menjodohkan dirinya dengan anak Tante Rana. Entah kenapa, setiap usaha yang ia lakukan untuk menggagalkan pertemuan keluarga, tak pernah membuat wanita paruh baya itu menyerah. 

Apakah harus dijodohkan seperti ini? Kenapa Mama tidak pernah membebaskanku memilih pasangan hidup sendiri? 



                              

Setelah papanya meninggal,  sang mama memang lebih mengekang Luvina. Beliau ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Namun, sesuatu yang dianggap baik itu, justru membuat Luvina bingung dan pusing.

Gadis itu berjalan pelan menyusuri koridor kampus, dengan pikiran menerawang lalu memasuki ruangan. Tampak teman-teman seruangannya sedang berkerumun, termasuk Gita, sahabatnya. Luvina menghampiri mereka. Situasi yang sedikit aneh tak seperti biasa, membuatnya penasaran.



                              

"Ada apa? Berita apa lagi, nih? tanya Luvina. Meski sebenarnya  malas, rasa penasaran menuntunnya ke sana.



                              

"Eh, Luvina. Ayo, duduk sini, Vin!" ajak Gita, sembari menarik tangan sahabatnya.



                              

"Lo tahu nggak, Vin. Kita kedatangan dosen baru loh, dari Jepang. Lihat nih, gue udah mandi pagi buta demi dosen kita itu. Emangnya lo nggak buka grup Whatsapp, ya?" tanya Nelly.



                              

"Oh, enggak. Semalam ponsel gue lowbatt, jadi nggak sempat buka. Ya udah, lanjutkan saja, ya," ucap Luvina, lalu beranjak menjauh dari kerumunan para wanita kesepian. Kenapa kesepian? Karena mereka nggak pernah berhenti mencari perhatian pada lelaki di luar sana.



                              

"Lo kenapa lagi mukanya asem begitu? Masih persoalan perjodohan lo?" tanya Gita, yang ternyata sudah keluar dari kerumunan itu.



                              

"Hooh ... emang mau masalah apa lagi? Sebel deh, pengin nangis terus tahu nggak!"



                              

"Kenapa?"



                              

"Nyokap makin keukeuh ngejodohin gue sama anak Tante Rana. Gue males banget, Git. Apalagi gue nggak pernah ngeliat cowok yang bakal dijodohin itu. Pas minta sama nyokap fotonya, atau minta ke Tante Rana foto anaknya itu, ehh ... malah gue dibilang ngebet, agresif. Gue disuruh sabar, dan ntar bakal liat dia di acara hari H nanti. Kan sebel gue, Git!" kata Luvina. 

Memang  gadis itu akhir-akhir ini mengalami sstres, memikirkan perjodohan yang sudah diatur orang tuanya jauh sebelum dirinya itu dewasa. Mengabaikan kebisingan di sebelah, karena ia tak tahan ingin bercerita pada Gita.



                              

"Lo khawatir cowok yang bakal dijodohin sama lo itu ... jelek?"



                              

"Ada ya, Git  nikah, tapi nggak tahu siapa calon suami kita?"



                              

"Yah, gue tahu sih, gimana perasaan lo. Tapi kan, kalian itu temen kecil," ujar Gita. 

Luvina memang melupakan satu hal. Pria yang mau dijodohkan dengannnya adalah teman sewaktu ia kecil. Namun, mereka berteman hanya sebentar, siapa namanya ia pun lupa tak tahu. Lupa. Saat itu Tante Rana menginap di rumahnya hanya semalam, saat ia terbangun di pagi hari, mereka sudah tidak ada. Satu hal yang pasti, anak kecil yang dulu itu gendut, kuat makan, dan berkacamata tebal. Ia mengingat sosoknya, meski tak pernah menilai sesuatu hanya dari penampilan seseorang.



                              

"Iya, gue emang pernah temenan sama dia, tapi itu sebentar loh, Git. Tante Rana nginap di rumah gue cuma semalam aja."



                              

"Sabar aja kali, Vin, mungkin saja lelaki itu emang udah jodoh lo juga."



                              

"Masa iya, umur gue yang baru dua puluh lima tahun harus menikah? Umur kayak kita gini kan, harusnya kuliah ngejar strata dua sampai karir nanti. Masa iya, gue harus nikah? Ya Tuhan ... Gue sebel banget sama hidup gue. Kenapa ya, ada perjodohan di zaman modern kayak gini?"



                              

"Sabar dong, Vin, lo kan tahu nyokap lo itu gimana."



                              

"Kalau udah kayak gini, gue jadi kangen bokap.



                              

"Ya udah, gue bakal dengerin lo sampai cerita lo selesai. Gue yakin kok, Vin, nyokap lo pengin yang terbaik buat lo. Mana ada sih orang tua mau jerumusin anaknya ke lubang maut? Nggak ada, kan? Jadi lo yakin aja, pilihan nyokap lo itu adalah yang terbaik. Ingat lo hanya punya ibu dan kakak, jadi lo musti nurut sama mereka," ujar Gita, membuatnya merasa sedikit tenang,

"Tapi, gue tanya deh sama lo, Vin. Satu hal saja ...."


Dapatkan File PDF !!! 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. File Ebook Pak Dosen Suamiku

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel tersebut . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 



 


Full Episode Novel Pak Dosen Suamiku. Novel Karya dari Irhen Dirga Ini bergenre Fiksi romantis. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Pak Dosen Suamiku    

  • Penulis : Irhen Dirga

  • Genre   : Fiksi rromanti

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis 

 Banyak usaha dan waktu yang Luvina lalui, tapi mamanya  tetap keuekuh menjodohkan dirinya dengan anak Tante Rana. Entah kenapa, setiap usaha yang ia lakukan untuk menggagalkan pertemuan keluarga, tak pernah membuat wanita paruh baya itu menyerah. 

Apakah harus dijodohkan seperti ini? Kenapa Mama tidak pernah membebaskanku memilih pasangan hidup sendiri? 



                              

Setelah papanya meninggal,  sang mama memang lebih mengekang Luvina. Beliau ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Namun, sesuatu yang dianggap baik itu, justru membuat Luvina bingung dan pusing.

Gadis itu berjalan pelan menyusuri koridor kampus, dengan pikiran menerawang lalu memasuki ruangan. Tampak teman-teman seruangannya sedang berkerumun, termasuk Gita, sahabatnya. Luvina menghampiri mereka. Situasi yang sedikit aneh tak seperti biasa, membuatnya penasaran.



                              

"Ada apa? Berita apa lagi, nih? tanya Luvina. Meski sebenarnya  malas, rasa penasaran menuntunnya ke sana.



                              

"Eh, Luvina. Ayo, duduk sini, Vin!" ajak Gita, sembari menarik tangan sahabatnya.



                              

"Lo tahu nggak, Vin. Kita kedatangan dosen baru loh, dari Jepang. Lihat nih, gue udah mandi pagi buta demi dosen kita itu. Emangnya lo nggak buka grup Whatsapp, ya?" tanya Nelly.



                              

"Oh, enggak. Semalam ponsel gue lowbatt, jadi nggak sempat buka. Ya udah, lanjutkan saja, ya," ucap Luvina, lalu beranjak menjauh dari kerumunan para wanita kesepian. Kenapa kesepian? Karena mereka nggak pernah berhenti mencari perhatian pada lelaki di luar sana.



                              

"Lo kenapa lagi mukanya asem begitu? Masih persoalan perjodohan lo?" tanya Gita, yang ternyata sudah keluar dari kerumunan itu.



                              

"Hooh ... emang mau masalah apa lagi? Sebel deh, pengin nangis terus tahu nggak!"



                              

"Kenapa?"



                              

"Nyokap makin keukeuh ngejodohin gue sama anak Tante Rana. Gue males banget, Git. Apalagi gue nggak pernah ngeliat cowok yang bakal dijodohin itu. Pas minta sama nyokap fotonya, atau minta ke Tante Rana foto anaknya itu, ehh ... malah gue dibilang ngebet, agresif. Gue disuruh sabar, dan ntar bakal liat dia di acara hari H nanti. Kan sebel gue, Git!" kata Luvina. 

Memang  gadis itu akhir-akhir ini mengalami sstres, memikirkan perjodohan yang sudah diatur orang tuanya jauh sebelum dirinya itu dewasa. Mengabaikan kebisingan di sebelah, karena ia tak tahan ingin bercerita pada Gita.



                              

"Lo khawatir cowok yang bakal dijodohin sama lo itu ... jelek?"



                              

"Ada ya, Git  nikah, tapi nggak tahu siapa calon suami kita?"



                              

"Yah, gue tahu sih, gimana perasaan lo. Tapi kan, kalian itu temen kecil," ujar Gita. 

Luvina memang melupakan satu hal. Pria yang mau dijodohkan dengannnya adalah teman sewaktu ia kecil. Namun, mereka berteman hanya sebentar, siapa namanya ia pun lupa tak tahu. Lupa. Saat itu Tante Rana menginap di rumahnya hanya semalam, saat ia terbangun di pagi hari, mereka sudah tidak ada. Satu hal yang pasti, anak kecil yang dulu itu gendut, kuat makan, dan berkacamata tebal. Ia mengingat sosoknya, meski tak pernah menilai sesuatu hanya dari penampilan seseorang.



                              

"Iya, gue emang pernah temenan sama dia, tapi itu sebentar loh, Git. Tante Rana nginap di rumah gue cuma semalam aja."



                              

"Sabar aja kali, Vin, mungkin saja lelaki itu emang udah jodoh lo juga."



                              

"Masa iya, umur gue yang baru dua puluh lima tahun harus menikah? Umur kayak kita gini kan, harusnya kuliah ngejar strata dua sampai karir nanti. Masa iya, gue harus nikah? Ya Tuhan ... Gue sebel banget sama hidup gue. Kenapa ya, ada perjodohan di zaman modern kayak gini?"



                              

"Sabar dong, Vin, lo kan tahu nyokap lo itu gimana."



                              

"Kalau udah kayak gini, gue jadi kangen bokap.



                              

"Ya udah, gue bakal dengerin lo sampai cerita lo selesai. Gue yakin kok, Vin, nyokap lo pengin yang terbaik buat lo. Mana ada sih orang tua mau jerumusin anaknya ke lubang maut? Nggak ada, kan? Jadi lo yakin aja, pilihan nyokap lo itu adalah yang terbaik. Ingat lo hanya punya ibu dan kakak, jadi lo musti nurut sama mereka," ujar Gita, membuatnya merasa sedikit tenang,

"Tapi, gue tanya deh sama lo, Vin. Satu hal saja ...."


Dapatkan File PDF !!! 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. File Ebook Pak Dosen Suamiku

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel tersebut . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 



 


Full Episode Novel Pak Dosen Suamiku. Novel Karya dari Irhen Dirga Ini bergenre Fiksi romantis. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Pak Dosen Suamiku    

  • Penulis : Irhen Dirga

  • Genre   : Fiksi rromanti

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis 

 Banyak usaha dan waktu yang Luvina lalui, tapi mamanya  tetap keuekuh menjodohkan dirinya dengan anak Tante Rana. Entah kenapa, setiap usaha yang ia lakukan untuk menggagalkan pertemuan keluarga, tak pernah membuat wanita paruh baya itu menyerah. 

Apakah harus dijodohkan seperti ini? Kenapa Mama tidak pernah membebaskanku memilih pasangan hidup sendiri? 



                              

Setelah papanya meninggal,  sang mama memang lebih mengekang Luvina. Beliau ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Namun, sesuatu yang dianggap baik itu, justru membuat Luvina bingung dan pusing.

Gadis itu berjalan pelan menyusuri koridor kampus, dengan pikiran menerawang lalu memasuki ruangan. Tampak teman-teman seruangannya sedang berkerumun, termasuk Gita, sahabatnya. Luvina menghampiri mereka. Situasi yang sedikit aneh tak seperti biasa, membuatnya penasaran.



                              

"Ada apa? Berita apa lagi, nih? tanya Luvina. Meski sebenarnya  malas, rasa penasaran menuntunnya ke sana.



                              

"Eh, Luvina. Ayo, duduk sini, Vin!" ajak Gita, sembari menarik tangan sahabatnya.



                              

"Lo tahu nggak, Vin. Kita kedatangan dosen baru loh, dari Jepang. Lihat nih, gue udah mandi pagi buta demi dosen kita itu. Emangnya lo nggak buka grup Whatsapp, ya?" tanya Nelly.



                              

"Oh, enggak. Semalam ponsel gue lowbatt, jadi nggak sempat buka. Ya udah, lanjutkan saja, ya," ucap Luvina, lalu beranjak menjauh dari kerumunan para wanita kesepian. Kenapa kesepian? Karena mereka nggak pernah berhenti mencari perhatian pada lelaki di luar sana.



                              

"Lo kenapa lagi mukanya asem begitu? Masih persoalan perjodohan lo?" tanya Gita, yang ternyata sudah keluar dari kerumunan itu.



                              

"Hooh ... emang mau masalah apa lagi? Sebel deh, pengin nangis terus tahu nggak!"



                              

"Kenapa?"



                              

"Nyokap makin keukeuh ngejodohin gue sama anak Tante Rana. Gue males banget, Git. Apalagi gue nggak pernah ngeliat cowok yang bakal dijodohin itu. Pas minta sama nyokap fotonya, atau minta ke Tante Rana foto anaknya itu, ehh ... malah gue dibilang ngebet, agresif. Gue disuruh sabar, dan ntar bakal liat dia di acara hari H nanti. Kan sebel gue, Git!" kata Luvina. 

Memang  gadis itu akhir-akhir ini mengalami sstres, memikirkan perjodohan yang sudah diatur orang tuanya jauh sebelum dirinya itu dewasa. Mengabaikan kebisingan di sebelah, karena ia tak tahan ingin bercerita pada Gita.



                              

"Lo khawatir cowok yang bakal dijodohin sama lo itu ... jelek?"



                              

"Ada ya, Git  nikah, tapi nggak tahu siapa calon suami kita?"



                              

"Yah, gue tahu sih, gimana perasaan lo. Tapi kan, kalian itu temen kecil," ujar Gita. 

Luvina memang melupakan satu hal. Pria yang mau dijodohkan dengannnya adalah teman sewaktu ia kecil. Namun, mereka berteman hanya sebentar, siapa namanya ia pun lupa tak tahu. Lupa. Saat itu Tante Rana menginap di rumahnya hanya semalam, saat ia terbangun di pagi hari, mereka sudah tidak ada. Satu hal yang pasti, anak kecil yang dulu itu gendut, kuat makan, dan berkacamata tebal. Ia mengingat sosoknya, meski tak pernah menilai sesuatu hanya dari penampilan seseorang.



                              

"Iya, gue emang pernah temenan sama dia, tapi itu sebentar loh, Git. Tante Rana nginap di rumah gue cuma semalam aja."



                              

"Sabar aja kali, Vin, mungkin saja lelaki itu emang udah jodoh lo juga."



                              

"Masa iya, umur gue yang baru dua puluh lima tahun harus menikah? Umur kayak kita gini kan, harusnya kuliah ngejar strata dua sampai karir nanti. Masa iya, gue harus nikah? Ya Tuhan ... Gue sebel banget sama hidup gue. Kenapa ya, ada perjodohan di zaman modern kayak gini?"



                              

"Sabar dong, Vin, lo kan tahu nyokap lo itu gimana."



                              

"Kalau udah kayak gini, gue jadi kangen bokap.



                              

"Ya udah, gue bakal dengerin lo sampai cerita lo selesai. Gue yakin kok, Vin, nyokap lo pengin yang terbaik buat lo. Mana ada sih orang tua mau jerumusin anaknya ke lubang maut? Nggak ada, kan? Jadi lo yakin aja, pilihan nyokap lo itu adalah yang terbaik. Ingat lo hanya punya ibu dan kakak, jadi lo musti nurut sama mereka," ujar Gita, membuatnya merasa sedikit tenang,

"Tapi, gue tanya deh sama lo, Vin. Satu hal saja ...."


Dapatkan File PDF !!! 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. File Ebook Pak Dosen Suamiku

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel tersebut . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 



Novel Cinta Dalam Diam Full Episode  - Shineeminka
Lihat Detail

Novel Cinta Dalam Diam Full Episode - Shineeminka


Full Episode Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka. Novel Karya dari Shineeminka Ini bergenre Fiksi Spiritual. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Cinta Dalam Diam    

  • Penulis : Shineeminka

  • Genre   : Fiksi Spiritual

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka

Aneh, itulah pendapat yang ada dalam pikiranku saat aku melihat penampilanku hari ini di cermin. Bayangkan aku yang biasanya hanya menggunakan jins dan kemeja lengan panjang saat menemani mama berpergian hari ini tak tahu kenapa mama malah menyuruhku untuk menggunakan ghamis.



                              

"Ih, aneh banget Mah. Ganti yah Zahra keliatan kaya emak-emak kalau pake baju kaya ginian." rengekku pada Mama



                              

"Nggak hari ini kamu harus pake baju itu!" ucap Mama tegas



                              

"Please Ma, Zahra nggak percaya diri kalau harus pake baju kaya gini." aku kembali memohon pada Mama, semoga saja ia mengijinkanku untuk mengganti baju gombrang ini dengan baju yang sudah biasa aku pakai.



                              

"Nggak! Kamu mau jadi anak durhaka karena enggak nurutin permintaan Mama?" dengan cepat aku menggelengkan kepalaku "Makanya nurut dong kalau Mama suruh apa, hari ini anak kedua Tante Anisa baru pulang dari Malaysia jadi kamu harus tampil cantik."



                              

"Apa hubungannya tampil cantik sama anaknya Tante Anisa?" tanyaku bingung, bukankah hari ini aku dan Mama akan kerumah Tante Anisa untuk menghadiri pengajian yang memang sudah rutin tiap dua bulan sekali dilakukan dirumah Tante Anisa?



                              

"Cepet pake kerudungnya, entar kita telat!" bukannya menjawab pertanyaanku Mama malah menyuruhku buru-buru untuk mengenakan kerudung. Selain baju yang gombrang ternyata kerudungnnya juga Nggak kalah gombrang.



                              

"Mah kerudungnya gede banget," protesku "pake yang punya Zahra aja deh."



                              

"Nggak, itu udah sepasang sama bajunya jadi cepet pake!" lagi-lagi dari pada di cap jadi anak durhaka lebih baik aku menurut saja apa yang diinginkan oleh Mama.



                              

Karena Pak Ujang lagi sakit jadi mau tidak mau akulah yang hari ini bertugas menjadi sopir nyonya besar.



                              

"Jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang." bibirku yang udah maju dua centi nambah lagi deh jadi tiga centi gara-gara diledekin sama Papa "Bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut yah pelan-pelan aja yang penting sampai dengan selamat." malas menjawab perkataan Papa jadi yang kulakukan hanyalah mengangguk.



                              

※※※



                              

Sesampainya di rumah Tante Anisa, aku langsung memisahkan diri dari kerumunan ibu-ibu yang langsung saja heboh ngobrol kalau ngumpul.



                              

"Mbak Nisya." sapaku pada Mbak Nisya yang lagi sibuk mengatur makanan yang akan disuguhkan saat pengajian selesai, Mbak Nisya ini anak pertamanya Tante Anisa, dia itu bestfriend aku di acara pengajian ini.



                              

"Wah pangling banget Mbak lihat kamu pake ghamis kaya gini, jadi tambah cantik deh keliatannya."



                              

"Masa sih Mbak?" tanyaku tak percaya "bukanya gara-gara pake baju kaya gini aku keliatan kaya emak-emak yah?"



                              

"Kata siapa kaya emak-emak? Kamu cantik kok pake baju tertutup kaya gini."



                              

Masih sulit dipercaya mana mungkin sih aku kelihatan cantik pake baju beginian, badan mungilku yang tingginya cuma 150 lebih dikit jadi keliatan tambah kecil pake baju kaya gini. Kalau Mbak Nisya sih memang terlihat cantik pake baju beginian mungkin karena ia memiliki perawakan kaya gadis-gadis arab, jadi pastinya cocoklah kalau pake baju kaya gini.



                              

"Dapatkah Aku menjadi Seperti Fatimah Az-Zahra?" ucapku membaca sampul sebuah buku yang tergeletak di samping Mbak Nisya "Buku apaan ini Mbak?" tanyaku penasaran.



                              

"Itu buku tentang akhlak mulia yang dimiliki oleh putri kesayangan Baginda Rasulullah." jelas Mbak Nisya.



                              

"Sampul bukunya bagus banget Mbak, bikin mata sejuk lihatnya."



                              

"Bukan cuma sampulnya yang bagus isinya juga bagus banget." jelas Mbak Nisya "Mau baca?" tawar Mbak Nisya.



                              

"Nggak ah, aku gak suka baca buku kaya gini, kalau novel sih aku mau."



                                              

                        

"Bener nggak mau baca? Nyesel loh kalau enggak baca soalnya isinya bagus banget." 



"Masa sih mbak?" karena hasutan Mbak Nisya akhirnya akupun berkeinginan untuk membaca buku tersebut.



Jujur yah, walaupun aku rajin nganterin Mama ketempat pengajian ibu-ibu tapi aku sangat jarang ikut dalam pengajian tersebut, habisnya pengajiannya selalu membahas tentang rumah tangga sih, akukan belum berumah tangga jadi belum saatnya mendengarkan pengajian yang mebahas tentang hal itu.



Jadi disinilah aku sekarang. Di Taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Tante Anisa, setelah pengajian selesai aku jamin Mama pasti bakal marah-marah karena aku tidak ikut dalam pengajian.



Selagi bete liatin pemandangan taman yang udah aku hapal banget, akhirnya aku memutuskan membaca buku yang barusan aku pinjam dari Mbak Nisya.



Aku membaca acak buku tersebut, mataku langsung tertarik pada halaman yang berjudul "Maut Menjemput Fatimah Az-Zahra"



Fatimah sangat menyayangi Rasulullah hingga pada saat Rasulullah terbaring sakit Fatimah tak henti-hentinya bersedih hingga, pada detik-detik dimana saat Rasulullah dijemput malaikat maut Rasulullah membisikan kata-kata pada Fatimah "Aku akan pergi tetapi engkau yang pertama akan menyusul." mendengar perkataan itu sontak Fatimah merasa bahagia, ia bahagia karena ia akan segera meyusul kepergian ayahanda tercintanya.



Hingga tibalah malaikat mautlah yang kini menjemputnya, sebelum malaikat maut menjemputnya ia bermimpi bertemu dengan ayah yang sangat ia cintai "Wahai Fatimah! Aku datang memberi kabar gembira kepadamu, telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kau menjadi tamuku?" itulah yang Rasulullah katakan pada Fatimah dalam mimpi itu.



Sebelum meninggal Fatimah menyisir rambut kedua buah hatinya Hasan dan Husein dengan air mawar, ia mendekap dan mencium Hasan dan Husein dengan penuh kasih sayang, hatinya terus bergetar karena ia tahu kalau waktunya di dunia ini tak lama lagi.



Ali termenung seraya terus memperhatikan Fatimah, lantas Fatimah berkata "Wahai Ali, bersabarlah untuk deritaanmu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Janganlah engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kakasihku, suamiku, teman hidup yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku." Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan.



Aku tak menyangka kalau cerita ini berhasil membuatku menangis tersedu-tersedu. Rasa sesak seketika kurasakan "Ya Allah betapa mulianya seorang Fatimah Az-Zahra." aku kembali membaca halaman yang lain, halaman yang kini menarik perhatianku adalah halaman yang memiliki judul "Fatimah sang Pemberani" aku kembali dibuat terpesona akan sosok Fatimah, walaupun dia seorang perempuan ia tak pernah merasa takut untuk membela ayah tercitanya dalam membela Agama Allah SWT.



Halaman demi halaman telah ku baca, hingga tiba pada sebuah halaman yang berjudul "Inilah Yang Harus Ku Pakai" halaman ini berhasil membuatku merasa sangat malu, aku kira cukuplah menggunakan baju tertutup dan mengenakan jilbab maka perkara dalam urusan menutup aurat telah selesai tapi ternyata itu belumlah selesai, halaman ini menjelaskan kalau pakaian yang layaknya digunakan seorang muslimah adalah pakaian yang saat ini ku kenakan, pakaian yang sedari tadi pagi terus ku hina, padahal pada kenyataannya pakaian inilah yang paling mulia.



Baru saja aku berniat membaca halaman "Cinta Ali dan Fatimah, Cinta dalam Diam Berbalut Doa" ponselku sudah berdering dengan kencang, tanpa melihat siapa yang menelepon aku sudah tahu kalau ini adalah telepon dari Nyonya besar, dengan langkah lebar aku segera menuju kembali ke kediaman Tante Anisa.



Apa yah alasan yang harus kugunakan kalau Mama menanyakan alasan kenapa aku tidak ikut dalam pengajian hari ini?



Berhubung sudah sering banget aku keluar masuk kekediaman Tante Anisa jadi aku sudah hapal pintu mana saja yang akan aman digunkan saat situasi genting begini, jadi pintu halaman belakanglah yang aku pilih



"Aw..." pekik ku meringis saat tidak sengaja kakiku tersandung batu, gila sakit banget nih kaki "Dasar batu nyebelin!" dengan kesal ku tendang batu yang udah ngebuat kakiku sakit banget, dan betapa bodohnya aku, itu bukan bola tapi batu kenapa aku tendang jadi makin sakit nih kaki "Kau benar-benar bodoh Zahra " rutuk ku pada diriku sendiri.



"Zahra kamu kenapa? Ko malah jongkok di sini sih Mama kamu dari tadi nyariin kamu." eh ko ada Tante Anisa, perasaan tadi hanya ada aku aja di sini. Terus sejak kapan juga ada cowok di sini?



"Ini tante, tadi aku habis dari taman beli siomay eh pas balik kaki aku malah kesandung." jawabku cepat



"Kok bisa sih kesandung?"



"Dia jalannya gerasak gerusuk Mah jadi enggak sadar kalau ada batu segede gitu di depannya, makanya ia tendang tuh batu." Gila songong banget nih cowok segala ngatain aku gerasak gerusuk. Siapa sih nih cowok?



"Al kamu ko ngomongnya nggak sopan sih." ucap Tante Nisya pada cowok songong itu. Rasain, emang enak di marahin. "Eh iya Ra, kenalin ini anak Tante namanya Ali."



Oh ini toh anaknya Tante Anisa yang baru pulang dari Malaysia. "Zahra." ucapku seraya mengulurkan tanganku kearahnya, gila bener-bener songong nih cowok bukannya disambut uluran tanganku dia malah pergi gitu aja.



"Maaf yah Zahra, Ali memang gitu sikapnya rada dingin kalau ke lawan jenis." jelas Tante Anisa.



"Iya nggak apa-apa tante."



"Ayo masuk, Mamamu udah dari tadi nyariin kamu soalnya pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu." Apa pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu? Itu berarti udah tiga jam lebih aku baca buku ini di taman. Alamat kena amuk ini mah.



Tanpa banyak membuang waktu lagi aku langsung berlari ke dalam rumah Tante Anisa.



"Mama." panggilku mencari sosok Mamaku tercinta.



"Sayang dari mana saja kamu dari tadi, kenapa nggak ikut pengajian?" nadanya lembut tapi menipu, aku jamin bentar lagi Mama bakal ngamuk-ngamuk "Sini!" dengan penuh kewaspadaan aku menghampiri Mama yang terlihat sangat tenang duduk di sofa yang terletak di ruang keluarga, saking tenangnya Mama itu membuatku semakin takut.



"Kenapa tidak ikut pengajian?" sekali lagi Mama menanyakan hal itu.



Dengan ragu aku mengangkat buku yang sedari tadi tak pernah lepas dari tanganku "Zahra baca buku ini, saking asiknya Zahra baca buku ini Zahra enggak sadar kalau Zahra udah ngelewatin pengajian hari ini Mah." jawabku jujur, walaupun setengah. Padahal emang aku udah niat buat enggak ikut pengajian hari ini, tapi karena keasikan baca buku ini juga yang telah membuatku lupa waktu.



Mama terus memperhatikan buku yang masih ada di tanganku "Kapan kamu akan mencontoh perilaku Fatimah Az-Zahra?" pertanyaan Mama berhasil membuat diriku terpaku, dengan lembut Mama membelai pipiku "Mama menamaimu Zahra bukan tanpa alasan, Mama menamaimu seperti itu karena Mama berharap kamu akan menjadi perempuan sehebat Fatimah Az-Zahra." tak tahu kenapa seketika aku merasa ingin menangis mendengar ucapan Mama?



"Maafin Zahra Mah." ku peluk erat tubuh Mama, tangis tak sanggup lagi ku tahan.



Ya Allah betapa banyak kesalahan yang telah ku lakukan selama ini, betapa banyak rasa kecewa yang telah ku torehkan kepada sosok wanita yng kini berada dalam pelukanku.



"Udah malu jangan nangis, masa udah gede masih aja nangis, malu tuh diliatin sama keluarganya Tante Anisa." ih Mama ngerusak suasana aja udah tahu ini tuh lagi dalam moment emosional.



"Mama juga nangis, nggak malu udah tua masih aja nangis?" ledekku tidak mau kalah.



"Udah belum yah acara tangis-tangisannya?" ucap Tante Anisa yang langsung duduk di sampingku, dengan tiba-tiba Tante Anisa memelukku "Jadi pengen cepet-cepet ngejadiin Zahra anak Tante."



Aku merengut bingung, sejak kapan Tante Anisa mau ngangkat aku jadi anaknya? Diakan udah punya Mbak Nisya dan Cowok songong itu masa mau nambah anak lagi.




Itulah Sedikit Sinopsis Dari Novel Cinta Dalam Diam  karya Shineeminka. Nah, Teruntuk kalian pecinta novel, sebenarnya masih panjang sekali kelanjutan ceritanya. Sang Penulis(Author) Membuat ceritanya sangat menarik, merangkai kata-kata nya itu Loh yang membuat pembaca masuk kedalam jalan ceritanya. 



Cara Membaca Novel Cinta Dalam Diam Full Episode -  Shineeminka

Yang pertama kalian install dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Kemudian cari di aplikasi tersebut dengan katalog Cinta Dalam Diam  .

Yang Kedua Kalian wajib siapkan coffee atau teh, hahaha kidding guys. 

Nah yang terakhir kalian bisa baca online gratis di sebuah halaman bawah ini. 


Baca Novel gratis



Cara Mendapatkan File ebook Novel Cinta Dalam Diam . 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. 

File Ebook Cinta Dalam Diam 

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel Cinta Dalam Diam . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 




Full Episode Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka. Novel Karya dari Shineeminka Ini bergenre Fiksi Spiritual. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Cinta Dalam Diam    

  • Penulis : Shineeminka

  • Genre   : Fiksi Spiritual

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka

Aneh, itulah pendapat yang ada dalam pikiranku saat aku melihat penampilanku hari ini di cermin. Bayangkan aku yang biasanya hanya menggunakan jins dan kemeja lengan panjang saat menemani mama berpergian hari ini tak tahu kenapa mama malah menyuruhku untuk menggunakan ghamis.



                              

"Ih, aneh banget Mah. Ganti yah Zahra keliatan kaya emak-emak kalau pake baju kaya ginian." rengekku pada Mama



                              

"Nggak hari ini kamu harus pake baju itu!" ucap Mama tegas



                              

"Please Ma, Zahra nggak percaya diri kalau harus pake baju kaya gini." aku kembali memohon pada Mama, semoga saja ia mengijinkanku untuk mengganti baju gombrang ini dengan baju yang sudah biasa aku pakai.



                              

"Nggak! Kamu mau jadi anak durhaka karena enggak nurutin permintaan Mama?" dengan cepat aku menggelengkan kepalaku "Makanya nurut dong kalau Mama suruh apa, hari ini anak kedua Tante Anisa baru pulang dari Malaysia jadi kamu harus tampil cantik."



                              

"Apa hubungannya tampil cantik sama anaknya Tante Anisa?" tanyaku bingung, bukankah hari ini aku dan Mama akan kerumah Tante Anisa untuk menghadiri pengajian yang memang sudah rutin tiap dua bulan sekali dilakukan dirumah Tante Anisa?



                              

"Cepet pake kerudungnya, entar kita telat!" bukannya menjawab pertanyaanku Mama malah menyuruhku buru-buru untuk mengenakan kerudung. Selain baju yang gombrang ternyata kerudungnnya juga Nggak kalah gombrang.



                              

"Mah kerudungnya gede banget," protesku "pake yang punya Zahra aja deh."



                              

"Nggak, itu udah sepasang sama bajunya jadi cepet pake!" lagi-lagi dari pada di cap jadi anak durhaka lebih baik aku menurut saja apa yang diinginkan oleh Mama.



                              

Karena Pak Ujang lagi sakit jadi mau tidak mau akulah yang hari ini bertugas menjadi sopir nyonya besar.



                              

"Jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang." bibirku yang udah maju dua centi nambah lagi deh jadi tiga centi gara-gara diledekin sama Papa "Bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut yah pelan-pelan aja yang penting sampai dengan selamat." malas menjawab perkataan Papa jadi yang kulakukan hanyalah mengangguk.



                              

※※※



                              

Sesampainya di rumah Tante Anisa, aku langsung memisahkan diri dari kerumunan ibu-ibu yang langsung saja heboh ngobrol kalau ngumpul.



                              

"Mbak Nisya." sapaku pada Mbak Nisya yang lagi sibuk mengatur makanan yang akan disuguhkan saat pengajian selesai, Mbak Nisya ini anak pertamanya Tante Anisa, dia itu bestfriend aku di acara pengajian ini.



                              

"Wah pangling banget Mbak lihat kamu pake ghamis kaya gini, jadi tambah cantik deh keliatannya."



                              

"Masa sih Mbak?" tanyaku tak percaya "bukanya gara-gara pake baju kaya gini aku keliatan kaya emak-emak yah?"



                              

"Kata siapa kaya emak-emak? Kamu cantik kok pake baju tertutup kaya gini."



                              

Masih sulit dipercaya mana mungkin sih aku kelihatan cantik pake baju beginian, badan mungilku yang tingginya cuma 150 lebih dikit jadi keliatan tambah kecil pake baju kaya gini. Kalau Mbak Nisya sih memang terlihat cantik pake baju beginian mungkin karena ia memiliki perawakan kaya gadis-gadis arab, jadi pastinya cocoklah kalau pake baju kaya gini.



                              

"Dapatkah Aku menjadi Seperti Fatimah Az-Zahra?" ucapku membaca sampul sebuah buku yang tergeletak di samping Mbak Nisya "Buku apaan ini Mbak?" tanyaku penasaran.



                              

"Itu buku tentang akhlak mulia yang dimiliki oleh putri kesayangan Baginda Rasulullah." jelas Mbak Nisya.



                              

"Sampul bukunya bagus banget Mbak, bikin mata sejuk lihatnya."



                              

"Bukan cuma sampulnya yang bagus isinya juga bagus banget." jelas Mbak Nisya "Mau baca?" tawar Mbak Nisya.



                              

"Nggak ah, aku gak suka baca buku kaya gini, kalau novel sih aku mau."



                                              

                        

"Bener nggak mau baca? Nyesel loh kalau enggak baca soalnya isinya bagus banget." 



"Masa sih mbak?" karena hasutan Mbak Nisya akhirnya akupun berkeinginan untuk membaca buku tersebut.



Jujur yah, walaupun aku rajin nganterin Mama ketempat pengajian ibu-ibu tapi aku sangat jarang ikut dalam pengajian tersebut, habisnya pengajiannya selalu membahas tentang rumah tangga sih, akukan belum berumah tangga jadi belum saatnya mendengarkan pengajian yang mebahas tentang hal itu.



Jadi disinilah aku sekarang. Di Taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Tante Anisa, setelah pengajian selesai aku jamin Mama pasti bakal marah-marah karena aku tidak ikut dalam pengajian.



Selagi bete liatin pemandangan taman yang udah aku hapal banget, akhirnya aku memutuskan membaca buku yang barusan aku pinjam dari Mbak Nisya.



Aku membaca acak buku tersebut, mataku langsung tertarik pada halaman yang berjudul "Maut Menjemput Fatimah Az-Zahra"



Fatimah sangat menyayangi Rasulullah hingga pada saat Rasulullah terbaring sakit Fatimah tak henti-hentinya bersedih hingga, pada detik-detik dimana saat Rasulullah dijemput malaikat maut Rasulullah membisikan kata-kata pada Fatimah "Aku akan pergi tetapi engkau yang pertama akan menyusul." mendengar perkataan itu sontak Fatimah merasa bahagia, ia bahagia karena ia akan segera meyusul kepergian ayahanda tercintanya.



Hingga tibalah malaikat mautlah yang kini menjemputnya, sebelum malaikat maut menjemputnya ia bermimpi bertemu dengan ayah yang sangat ia cintai "Wahai Fatimah! Aku datang memberi kabar gembira kepadamu, telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kau menjadi tamuku?" itulah yang Rasulullah katakan pada Fatimah dalam mimpi itu.



Sebelum meninggal Fatimah menyisir rambut kedua buah hatinya Hasan dan Husein dengan air mawar, ia mendekap dan mencium Hasan dan Husein dengan penuh kasih sayang, hatinya terus bergetar karena ia tahu kalau waktunya di dunia ini tak lama lagi.



Ali termenung seraya terus memperhatikan Fatimah, lantas Fatimah berkata "Wahai Ali, bersabarlah untuk deritaanmu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Janganlah engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kakasihku, suamiku, teman hidup yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku." Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan.



Aku tak menyangka kalau cerita ini berhasil membuatku menangis tersedu-tersedu. Rasa sesak seketika kurasakan "Ya Allah betapa mulianya seorang Fatimah Az-Zahra." aku kembali membaca halaman yang lain, halaman yang kini menarik perhatianku adalah halaman yang memiliki judul "Fatimah sang Pemberani" aku kembali dibuat terpesona akan sosok Fatimah, walaupun dia seorang perempuan ia tak pernah merasa takut untuk membela ayah tercitanya dalam membela Agama Allah SWT.



Halaman demi halaman telah ku baca, hingga tiba pada sebuah halaman yang berjudul "Inilah Yang Harus Ku Pakai" halaman ini berhasil membuatku merasa sangat malu, aku kira cukuplah menggunakan baju tertutup dan mengenakan jilbab maka perkara dalam urusan menutup aurat telah selesai tapi ternyata itu belumlah selesai, halaman ini menjelaskan kalau pakaian yang layaknya digunakan seorang muslimah adalah pakaian yang saat ini ku kenakan, pakaian yang sedari tadi pagi terus ku hina, padahal pada kenyataannya pakaian inilah yang paling mulia.



Baru saja aku berniat membaca halaman "Cinta Ali dan Fatimah, Cinta dalam Diam Berbalut Doa" ponselku sudah berdering dengan kencang, tanpa melihat siapa yang menelepon aku sudah tahu kalau ini adalah telepon dari Nyonya besar, dengan langkah lebar aku segera menuju kembali ke kediaman Tante Anisa.



Apa yah alasan yang harus kugunakan kalau Mama menanyakan alasan kenapa aku tidak ikut dalam pengajian hari ini?



Berhubung sudah sering banget aku keluar masuk kekediaman Tante Anisa jadi aku sudah hapal pintu mana saja yang akan aman digunkan saat situasi genting begini, jadi pintu halaman belakanglah yang aku pilih



"Aw..." pekik ku meringis saat tidak sengaja kakiku tersandung batu, gila sakit banget nih kaki "Dasar batu nyebelin!" dengan kesal ku tendang batu yang udah ngebuat kakiku sakit banget, dan betapa bodohnya aku, itu bukan bola tapi batu kenapa aku tendang jadi makin sakit nih kaki "Kau benar-benar bodoh Zahra " rutuk ku pada diriku sendiri.



"Zahra kamu kenapa? Ko malah jongkok di sini sih Mama kamu dari tadi nyariin kamu." eh ko ada Tante Anisa, perasaan tadi hanya ada aku aja di sini. Terus sejak kapan juga ada cowok di sini?



"Ini tante, tadi aku habis dari taman beli siomay eh pas balik kaki aku malah kesandung." jawabku cepat



"Kok bisa sih kesandung?"



"Dia jalannya gerasak gerusuk Mah jadi enggak sadar kalau ada batu segede gitu di depannya, makanya ia tendang tuh batu." Gila songong banget nih cowok segala ngatain aku gerasak gerusuk. Siapa sih nih cowok?



"Al kamu ko ngomongnya nggak sopan sih." ucap Tante Nisya pada cowok songong itu. Rasain, emang enak di marahin. "Eh iya Ra, kenalin ini anak Tante namanya Ali."



Oh ini toh anaknya Tante Anisa yang baru pulang dari Malaysia. "Zahra." ucapku seraya mengulurkan tanganku kearahnya, gila bener-bener songong nih cowok bukannya disambut uluran tanganku dia malah pergi gitu aja.



"Maaf yah Zahra, Ali memang gitu sikapnya rada dingin kalau ke lawan jenis." jelas Tante Anisa.



"Iya nggak apa-apa tante."



"Ayo masuk, Mamamu udah dari tadi nyariin kamu soalnya pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu." Apa pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu? Itu berarti udah tiga jam lebih aku baca buku ini di taman. Alamat kena amuk ini mah.



Tanpa banyak membuang waktu lagi aku langsung berlari ke dalam rumah Tante Anisa.



"Mama." panggilku mencari sosok Mamaku tercinta.



"Sayang dari mana saja kamu dari tadi, kenapa nggak ikut pengajian?" nadanya lembut tapi menipu, aku jamin bentar lagi Mama bakal ngamuk-ngamuk "Sini!" dengan penuh kewaspadaan aku menghampiri Mama yang terlihat sangat tenang duduk di sofa yang terletak di ruang keluarga, saking tenangnya Mama itu membuatku semakin takut.



"Kenapa tidak ikut pengajian?" sekali lagi Mama menanyakan hal itu.



Dengan ragu aku mengangkat buku yang sedari tadi tak pernah lepas dari tanganku "Zahra baca buku ini, saking asiknya Zahra baca buku ini Zahra enggak sadar kalau Zahra udah ngelewatin pengajian hari ini Mah." jawabku jujur, walaupun setengah. Padahal emang aku udah niat buat enggak ikut pengajian hari ini, tapi karena keasikan baca buku ini juga yang telah membuatku lupa waktu.



Mama terus memperhatikan buku yang masih ada di tanganku "Kapan kamu akan mencontoh perilaku Fatimah Az-Zahra?" pertanyaan Mama berhasil membuat diriku terpaku, dengan lembut Mama membelai pipiku "Mama menamaimu Zahra bukan tanpa alasan, Mama menamaimu seperti itu karena Mama berharap kamu akan menjadi perempuan sehebat Fatimah Az-Zahra." tak tahu kenapa seketika aku merasa ingin menangis mendengar ucapan Mama?



"Maafin Zahra Mah." ku peluk erat tubuh Mama, tangis tak sanggup lagi ku tahan.



Ya Allah betapa banyak kesalahan yang telah ku lakukan selama ini, betapa banyak rasa kecewa yang telah ku torehkan kepada sosok wanita yng kini berada dalam pelukanku.



"Udah malu jangan nangis, masa udah gede masih aja nangis, malu tuh diliatin sama keluarganya Tante Anisa." ih Mama ngerusak suasana aja udah tahu ini tuh lagi dalam moment emosional.



"Mama juga nangis, nggak malu udah tua masih aja nangis?" ledekku tidak mau kalah.



"Udah belum yah acara tangis-tangisannya?" ucap Tante Anisa yang langsung duduk di sampingku, dengan tiba-tiba Tante Anisa memelukku "Jadi pengen cepet-cepet ngejadiin Zahra anak Tante."



Aku merengut bingung, sejak kapan Tante Anisa mau ngangkat aku jadi anaknya? Diakan udah punya Mbak Nisya dan Cowok songong itu masa mau nambah anak lagi.




Itulah Sedikit Sinopsis Dari Novel Cinta Dalam Diam  karya Shineeminka. Nah, Teruntuk kalian pecinta novel, sebenarnya masih panjang sekali kelanjutan ceritanya. Sang Penulis(Author) Membuat ceritanya sangat menarik, merangkai kata-kata nya itu Loh yang membuat pembaca masuk kedalam jalan ceritanya. 



Cara Membaca Novel Cinta Dalam Diam Full Episode -  Shineeminka

Yang pertama kalian install dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Kemudian cari di aplikasi tersebut dengan katalog Cinta Dalam Diam  .

Yang Kedua Kalian wajib siapkan coffee atau teh, hahaha kidding guys. 

Nah yang terakhir kalian bisa baca online gratis di sebuah halaman bawah ini. 


Baca Novel gratis



Cara Mendapatkan File ebook Novel Cinta Dalam Diam . 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. 

File Ebook Cinta Dalam Diam 

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel Cinta Dalam Diam . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa. 




Full Episode Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka. Novel Karya dari Shineeminka Ini bergenre Fiksi Spiritual. Buat kalian pecinta novel wajib sekali membaca cerita novel ini. Cerita Novel ini pertama kali diterbitkan di situs baca online (Wattpad) . 


Detail Novel

  • Judul   : Cinta Dalam Diam    

  • Penulis : Shineeminka

  • Genre   : Fiksi Spiritual

  • Source  : Wattpad

  • Tahun   : 2020



Sinopsis Novel Cinta Dalam Diam  - Shineeminka

Aneh, itulah pendapat yang ada dalam pikiranku saat aku melihat penampilanku hari ini di cermin. Bayangkan aku yang biasanya hanya menggunakan jins dan kemeja lengan panjang saat menemani mama berpergian hari ini tak tahu kenapa mama malah menyuruhku untuk menggunakan ghamis.



                              

"Ih, aneh banget Mah. Ganti yah Zahra keliatan kaya emak-emak kalau pake baju kaya ginian." rengekku pada Mama



                              

"Nggak hari ini kamu harus pake baju itu!" ucap Mama tegas



                              

"Please Ma, Zahra nggak percaya diri kalau harus pake baju kaya gini." aku kembali memohon pada Mama, semoga saja ia mengijinkanku untuk mengganti baju gombrang ini dengan baju yang sudah biasa aku pakai.



                              

"Nggak! Kamu mau jadi anak durhaka karena enggak nurutin permintaan Mama?" dengan cepat aku menggelengkan kepalaku "Makanya nurut dong kalau Mama suruh apa, hari ini anak kedua Tante Anisa baru pulang dari Malaysia jadi kamu harus tampil cantik."



                              

"Apa hubungannya tampil cantik sama anaknya Tante Anisa?" tanyaku bingung, bukankah hari ini aku dan Mama akan kerumah Tante Anisa untuk menghadiri pengajian yang memang sudah rutin tiap dua bulan sekali dilakukan dirumah Tante Anisa?



                              

"Cepet pake kerudungnya, entar kita telat!" bukannya menjawab pertanyaanku Mama malah menyuruhku buru-buru untuk mengenakan kerudung. Selain baju yang gombrang ternyata kerudungnnya juga Nggak kalah gombrang.



                              

"Mah kerudungnya gede banget," protesku "pake yang punya Zahra aja deh."



                              

"Nggak, itu udah sepasang sama bajunya jadi cepet pake!" lagi-lagi dari pada di cap jadi anak durhaka lebih baik aku menurut saja apa yang diinginkan oleh Mama.



                              

Karena Pak Ujang lagi sakit jadi mau tidak mau akulah yang hari ini bertugas menjadi sopir nyonya besar.



                              

"Jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang." bibirku yang udah maju dua centi nambah lagi deh jadi tiga centi gara-gara diledekin sama Papa "Bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut yah pelan-pelan aja yang penting sampai dengan selamat." malas menjawab perkataan Papa jadi yang kulakukan hanyalah mengangguk.



                              

※※※



                              

Sesampainya di rumah Tante Anisa, aku langsung memisahkan diri dari kerumunan ibu-ibu yang langsung saja heboh ngobrol kalau ngumpul.



                              

"Mbak Nisya." sapaku pada Mbak Nisya yang lagi sibuk mengatur makanan yang akan disuguhkan saat pengajian selesai, Mbak Nisya ini anak pertamanya Tante Anisa, dia itu bestfriend aku di acara pengajian ini.



                              

"Wah pangling banget Mbak lihat kamu pake ghamis kaya gini, jadi tambah cantik deh keliatannya."



                              

"Masa sih Mbak?" tanyaku tak percaya "bukanya gara-gara pake baju kaya gini aku keliatan kaya emak-emak yah?"



                              

"Kata siapa kaya emak-emak? Kamu cantik kok pake baju tertutup kaya gini."



                              

Masih sulit dipercaya mana mungkin sih aku kelihatan cantik pake baju beginian, badan mungilku yang tingginya cuma 150 lebih dikit jadi keliatan tambah kecil pake baju kaya gini. Kalau Mbak Nisya sih memang terlihat cantik pake baju beginian mungkin karena ia memiliki perawakan kaya gadis-gadis arab, jadi pastinya cocoklah kalau pake baju kaya gini.



                              

"Dapatkah Aku menjadi Seperti Fatimah Az-Zahra?" ucapku membaca sampul sebuah buku yang tergeletak di samping Mbak Nisya "Buku apaan ini Mbak?" tanyaku penasaran.



                              

"Itu buku tentang akhlak mulia yang dimiliki oleh putri kesayangan Baginda Rasulullah." jelas Mbak Nisya.



                              

"Sampul bukunya bagus banget Mbak, bikin mata sejuk lihatnya."



                              

"Bukan cuma sampulnya yang bagus isinya juga bagus banget." jelas Mbak Nisya "Mau baca?" tawar Mbak Nisya.



                              

"Nggak ah, aku gak suka baca buku kaya gini, kalau novel sih aku mau."



                                              

                        

"Bener nggak mau baca? Nyesel loh kalau enggak baca soalnya isinya bagus banget." 



"Masa sih mbak?" karena hasutan Mbak Nisya akhirnya akupun berkeinginan untuk membaca buku tersebut.



Jujur yah, walaupun aku rajin nganterin Mama ketempat pengajian ibu-ibu tapi aku sangat jarang ikut dalam pengajian tersebut, habisnya pengajiannya selalu membahas tentang rumah tangga sih, akukan belum berumah tangga jadi belum saatnya mendengarkan pengajian yang mebahas tentang hal itu.



Jadi disinilah aku sekarang. Di Taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Tante Anisa, setelah pengajian selesai aku jamin Mama pasti bakal marah-marah karena aku tidak ikut dalam pengajian.



Selagi bete liatin pemandangan taman yang udah aku hapal banget, akhirnya aku memutuskan membaca buku yang barusan aku pinjam dari Mbak Nisya.



Aku membaca acak buku tersebut, mataku langsung tertarik pada halaman yang berjudul "Maut Menjemput Fatimah Az-Zahra"



Fatimah sangat menyayangi Rasulullah hingga pada saat Rasulullah terbaring sakit Fatimah tak henti-hentinya bersedih hingga, pada detik-detik dimana saat Rasulullah dijemput malaikat maut Rasulullah membisikan kata-kata pada Fatimah "Aku akan pergi tetapi engkau yang pertama akan menyusul." mendengar perkataan itu sontak Fatimah merasa bahagia, ia bahagia karena ia akan segera meyusul kepergian ayahanda tercintanya.



Hingga tibalah malaikat mautlah yang kini menjemputnya, sebelum malaikat maut menjemputnya ia bermimpi bertemu dengan ayah yang sangat ia cintai "Wahai Fatimah! Aku datang memberi kabar gembira kepadamu, telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kau menjadi tamuku?" itulah yang Rasulullah katakan pada Fatimah dalam mimpi itu.



Sebelum meninggal Fatimah menyisir rambut kedua buah hatinya Hasan dan Husein dengan air mawar, ia mendekap dan mencium Hasan dan Husein dengan penuh kasih sayang, hatinya terus bergetar karena ia tahu kalau waktunya di dunia ini tak lama lagi.



Ali termenung seraya terus memperhatikan Fatimah, lantas Fatimah berkata "Wahai Ali, bersabarlah untuk deritaanmu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Janganlah engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kakasihku, suamiku, teman hidup yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku." Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan.



Aku tak menyangka kalau cerita ini berhasil membuatku menangis tersedu-tersedu. Rasa sesak seketika kurasakan "Ya Allah betapa mulianya seorang Fatimah Az-Zahra." aku kembali membaca halaman yang lain, halaman yang kini menarik perhatianku adalah halaman yang memiliki judul "Fatimah sang Pemberani" aku kembali dibuat terpesona akan sosok Fatimah, walaupun dia seorang perempuan ia tak pernah merasa takut untuk membela ayah tercitanya dalam membela Agama Allah SWT.



Halaman demi halaman telah ku baca, hingga tiba pada sebuah halaman yang berjudul "Inilah Yang Harus Ku Pakai" halaman ini berhasil membuatku merasa sangat malu, aku kira cukuplah menggunakan baju tertutup dan mengenakan jilbab maka perkara dalam urusan menutup aurat telah selesai tapi ternyata itu belumlah selesai, halaman ini menjelaskan kalau pakaian yang layaknya digunakan seorang muslimah adalah pakaian yang saat ini ku kenakan, pakaian yang sedari tadi pagi terus ku hina, padahal pada kenyataannya pakaian inilah yang paling mulia.



Baru saja aku berniat membaca halaman "Cinta Ali dan Fatimah, Cinta dalam Diam Berbalut Doa" ponselku sudah berdering dengan kencang, tanpa melihat siapa yang menelepon aku sudah tahu kalau ini adalah telepon dari Nyonya besar, dengan langkah lebar aku segera menuju kembali ke kediaman Tante Anisa.



Apa yah alasan yang harus kugunakan kalau Mama menanyakan alasan kenapa aku tidak ikut dalam pengajian hari ini?



Berhubung sudah sering banget aku keluar masuk kekediaman Tante Anisa jadi aku sudah hapal pintu mana saja yang akan aman digunkan saat situasi genting begini, jadi pintu halaman belakanglah yang aku pilih



"Aw..." pekik ku meringis saat tidak sengaja kakiku tersandung batu, gila sakit banget nih kaki "Dasar batu nyebelin!" dengan kesal ku tendang batu yang udah ngebuat kakiku sakit banget, dan betapa bodohnya aku, itu bukan bola tapi batu kenapa aku tendang jadi makin sakit nih kaki "Kau benar-benar bodoh Zahra " rutuk ku pada diriku sendiri.



"Zahra kamu kenapa? Ko malah jongkok di sini sih Mama kamu dari tadi nyariin kamu." eh ko ada Tante Anisa, perasaan tadi hanya ada aku aja di sini. Terus sejak kapan juga ada cowok di sini?



"Ini tante, tadi aku habis dari taman beli siomay eh pas balik kaki aku malah kesandung." jawabku cepat



"Kok bisa sih kesandung?"



"Dia jalannya gerasak gerusuk Mah jadi enggak sadar kalau ada batu segede gitu di depannya, makanya ia tendang tuh batu." Gila songong banget nih cowok segala ngatain aku gerasak gerusuk. Siapa sih nih cowok?



"Al kamu ko ngomongnya nggak sopan sih." ucap Tante Nisya pada cowok songong itu. Rasain, emang enak di marahin. "Eh iya Ra, kenalin ini anak Tante namanya Ali."



Oh ini toh anaknya Tante Anisa yang baru pulang dari Malaysia. "Zahra." ucapku seraya mengulurkan tanganku kearahnya, gila bener-bener songong nih cowok bukannya disambut uluran tanganku dia malah pergi gitu aja.



"Maaf yah Zahra, Ali memang gitu sikapnya rada dingin kalau ke lawan jenis." jelas Tante Anisa.



"Iya nggak apa-apa tante."



"Ayo masuk, Mamamu udah dari tadi nyariin kamu soalnya pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu." Apa pengajiannya udah selesai dari satu jam yang lalu? Itu berarti udah tiga jam lebih aku baca buku ini di taman. Alamat kena amuk ini mah.



Tanpa banyak membuang waktu lagi aku langsung berlari ke dalam rumah Tante Anisa.



"Mama." panggilku mencari sosok Mamaku tercinta.



"Sayang dari mana saja kamu dari tadi, kenapa nggak ikut pengajian?" nadanya lembut tapi menipu, aku jamin bentar lagi Mama bakal ngamuk-ngamuk "Sini!" dengan penuh kewaspadaan aku menghampiri Mama yang terlihat sangat tenang duduk di sofa yang terletak di ruang keluarga, saking tenangnya Mama itu membuatku semakin takut.



"Kenapa tidak ikut pengajian?" sekali lagi Mama menanyakan hal itu.



Dengan ragu aku mengangkat buku yang sedari tadi tak pernah lepas dari tanganku "Zahra baca buku ini, saking asiknya Zahra baca buku ini Zahra enggak sadar kalau Zahra udah ngelewatin pengajian hari ini Mah." jawabku jujur, walaupun setengah. Padahal emang aku udah niat buat enggak ikut pengajian hari ini, tapi karena keasikan baca buku ini juga yang telah membuatku lupa waktu.



Mama terus memperhatikan buku yang masih ada di tanganku "Kapan kamu akan mencontoh perilaku Fatimah Az-Zahra?" pertanyaan Mama berhasil membuat diriku terpaku, dengan lembut Mama membelai pipiku "Mama menamaimu Zahra bukan tanpa alasan, Mama menamaimu seperti itu karena Mama berharap kamu akan menjadi perempuan sehebat Fatimah Az-Zahra." tak tahu kenapa seketika aku merasa ingin menangis mendengar ucapan Mama?



"Maafin Zahra Mah." ku peluk erat tubuh Mama, tangis tak sanggup lagi ku tahan.



Ya Allah betapa banyak kesalahan yang telah ku lakukan selama ini, betapa banyak rasa kecewa yang telah ku torehkan kepada sosok wanita yng kini berada dalam pelukanku.



"Udah malu jangan nangis, masa udah gede masih aja nangis, malu tuh diliatin sama keluarganya Tante Anisa." ih Mama ngerusak suasana aja udah tahu ini tuh lagi dalam moment emosional.



"Mama juga nangis, nggak malu udah tua masih aja nangis?" ledekku tidak mau kalah.



"Udah belum yah acara tangis-tangisannya?" ucap Tante Anisa yang langsung duduk di sampingku, dengan tiba-tiba Tante Anisa memelukku "Jadi pengen cepet-cepet ngejadiin Zahra anak Tante."



Aku merengut bingung, sejak kapan Tante Anisa mau ngangkat aku jadi anaknya? Diakan udah punya Mbak Nisya dan Cowok songong itu masa mau nambah anak lagi.




Itulah Sedikit Sinopsis Dari Novel Cinta Dalam Diam  karya Shineeminka. Nah, Teruntuk kalian pecinta novel, sebenarnya masih panjang sekali kelanjutan ceritanya. Sang Penulis(Author) Membuat ceritanya sangat menarik, merangkai kata-kata nya itu Loh yang membuat pembaca masuk kedalam jalan ceritanya. 



Cara Membaca Novel Cinta Dalam Diam Full Episode -  Shineeminka

Yang pertama kalian install dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Kemudian cari di aplikasi tersebut dengan katalog Cinta Dalam Diam  .

Yang Kedua Kalian wajib siapkan coffee atau teh, hahaha kidding guys. 

Nah yang terakhir kalian bisa baca online gratis di sebuah halaman bawah ini. 


Baca Novel gratis



Cara Mendapatkan File ebook Novel Cinta Dalam Diam . 

Pertama Kalian kunjungi halaman berikut ini. 

File Ebook Cinta Dalam Diam 

Nanti akan mengarah ke halaman yang berisi tentang novel Cinta Dalam Diam . 

Setelah Itu Nanti ada Sebuah Link Download di halaman tersebut yang mengarah ke Google Drive. 

Jika pas klik download error atau mengarah ke halaman yang lain . coba ulangi klik download lagi sampai bisa.