Novel Bukan Pernikahan Sandiwara full episode by Maya Batari

 

Novel Bukan Pernikahan Sandiwara full episode by Maya Batari

  [Ebook] Novel Bukan Pernikahan Sandiwara full episode by Maya Batari . Novel Ini bergenre fiksi, romantis . Kalian pecinta Novel wajib membaca karya dari Maya Batari. Novel ini pertama kali diterbitkan di Platfrom Wattpad


Detail Novel

Judul      : Bukan Pernikahan Sandiwara

Penulis   : Maya Batari

Genre .    : Fiksi, romantis

Source    : Wattpad

Tahun.    : 2020


Sinopsis Novel "Bukan Pernikahan Sandiwara"  


"Sandya masih berdiri di halte bus depan kampusnya yang tampak agak lengang. Beberapa kali dia melirik dengan gelisah jam mungil di pergelangan tangannya. Sudah jam setengah empat, padahal Danang sudah berjanji akan menjemputnya jam tiga tepat. Sekali lagi gadis itu menghela napas berat, karena tidak biasanya pria itu molor dari janjinya. 

                              

Mereka sudah bersama lebih dari satu tahun, hingga Sandya hafal benar semua kebiasaan pria itu. Sesibuk apapun Danang di kantor, dia pasti akan menyempatkan menjemput gadisnya selesai jam kuliah. Bibir gadis itu selalu merekah bila ingat perjumpaan pertamanya dengan Danang, perjumpaan yang begitu manis dan tidak disangka ternyata dapat berlanjut hingga sekarang. Perjumpaan yang tidak sengaja namun akhirnya menimbulkan benih-benih rasa saling memiliki di antara mereka berdua.

                              

Ketika itu.......

                            

"M—maaf!" pekik Sandya dengan kaget, ketika tangannya yang sudah terulur ke atas rak, secara tidak sengaja menyentuh tangan seseorang. Pria itu juga tampak kaget seperti dirinya. Tangan mereka sama-sama memegang satu buku referensi yang baru saja di letakkan oleh petugas Perpustakaan di rak itu. 

                              

Sebuah senyum paling manis yang sesaat seolah menyesatkan Sandya, menyapanya ketika secara refleks gadis itu menoleh melihat ke si empunya tangan. Seorang pria berwajah simpatik yang seingat Sandya adalah kakak seniornya, ketua senat mahasiswa yang fotonya selalu terpampang dimana-mana kini tengah menatapnya juga.

                              

"Maaf ya, kamu juga mau pinjam buku ini?" 

                              

"Ehm, tapi kalau Kakak mau pinjam dulu juga tidak apa-apa." 

                              

Sandya terlihat tidak bisa menyembunyikan nada kecewa dalam ucapannya. Bayangkan, dia harus mengantri dari sebulan lalu untuk meminjam buku itu, setiap hari dia datang ke Perpustakaan hanya untuk memastikan buku itu sudah ada dan bisa dipinjam olehnya. Ayolah, apakah dirinya harus menunggu lagi sementara tenggat waktu pengumpulan tugasnya tinggal beberapa hari lagi.

                              

"Kamu boleh pinjam dulu, aku bisa mengantri setelah kamu kok." 

                             

Pria itu mengangsurkan buku di tangannya pada Sandya seolah dia mengerti kekecewaan gadis itu. Bahkan bulanpun akan sanggup diambilnya andai gadis itu menginginkannya. Ya ampun, baru juga beberapa detik yang lalu dirinya melihat gadis ini dan lihatlah efek yang ditimbulkan kepada dirinya. Sejak kapan seorang Danang memiliki fantasi melankolis seperti itu?

                              

"Beneran Kak?" Sandya menatapnya dengan mata berbinar, mungkin dia tidak percaya dengan keberuntungannya, "Terima kasih ya Kak."   

                              

Pria itu mengangguk dan tersenyum kecil, sementara satu tangannya menggaruk belakang kepalanya yang diyakini Sandya pasti tidak sedang gatal, "Tidak masalah...ehm, aku boleh tahu nama kamu tidak?" akhirnya modus juga kan? Tapi siapa sih yang bisa melewatkan makhluk paling manis seantoro Kampus ini yang dikenal jinak-jinak merpati.

                              

 Sandya hanya membalas dengan senyuman semanis gula, dia tidak pernah keberatan orang lain tahu namanya dan ingin berteman dengannya, "Namaku Sandya Larasati. Panggil saja Sandya seperti yang lain."

                              

"Sandya, nama yang bagus. Aku Danang, senang berkenalan denganmu," Danang menangkupkan dua tangannya di depan dada dan dibalas hal sama oleh Sandya. 

                              

"Hai, Kak. Kalau begitu aku akan bawa buku ini ke depan ya."

                             

Pria itu merasa melupakan sesuatu yang maha penting ketika gadis itu mulai melangkah meninggalkannya, "Aku boleh tahu nomor telepon kamu? Maksudku biar kalau nanti mengembalikan bukunya, kamu bisa langsung menghubungi aku."

                                                                      

Sandya tampak berfikir sejenak, sebelum akhirnya memberikan nomor ponsel miliknya yang hafal di luar kepala. Menurutnya tidak adil saja memberikan buku itu kepada orang lain sementara dia tahu seseorang sudah mengantri di belakangnya. Lagipula kelihatannya buku itu juga penting bagi pria itu. Bukankah dia memang gadis yang teramat baik atau mungkin juga terlalu naif.


Dari peristiwa itulah kedekatan mereka mulai terjalin. Sandya yang supel dan memang banyak teman, tidak keberatan ketika Danang mulai bergabung dengan komunitasnya. Terlebih Danang adalah salah satu sosok idola di Kampus mereka. Semua teman wanita Sandya menyukai pria itu, dan tidak satupun lolos dari pesonanya. Tidak terkecuali Sandya. 


Hal yang tidak pernah disangka oleh Sandyapun terjadi. Danang kini rajin mengirimnya pesan hanya untuk bertanya apakah dirinya sudah makan, atau sudah shalat. Dan Sandya selalu dibuat tersenyum sendiri jika Danang latah mengirimkannya pesan hanya untuk mengucapkan selamat tidur. Sebuah perhatian kecil yang manis dan hampir membuat Sandya lupa daratan.


"Maaf kalau aku sudah menganggu waktumu seperti biasa." suara Danang yang mengalun lembut terdengar dari seberang sana.


"Tidak masalah. Lagipula aku juga belum tidur." balas Sandya yang sibuk menumpuk bukunya di meja belajar.


"Terus terang saja, aku tidak bisa tidur sebelum menelponmu." 


Sandya menghentikan kegiatannya. Tangannya berhenti di udara, sementara jantungnya seperti hendak meloncat dari dadanya. Degupannya demikian kuat, hingga dia takut Danang akan mendengarnya. Sandya tahu jika Danang selalu memberinya perhatian lebih, namun dia berusaha agar tidak merasa besar kepala. Meski hatinya dipenuhi dengan sejuta harapan, namun sebisa mungkin gadis itu menahan perasaannya.


"Sudah malam, Mas. Besok aku ada kuliah pagi, jadi harus tidur lebih awal."


"Baiklah, semoga mimpi indah. Assalamu'alaikum."


"Wa'alaikumussalam."


Sandya mematikan ponselnya, dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Satu tangannya memegang dadanya yang masih saja bertalu tidak keruan. Tidak, meski kantuk sudah menyerangnya dari tadi, namun dia yakin, malam ini dirinya takkan mampu memejamkan matanya barang sedetikpun.


"San, mungkin kamu tidak akan suka ini. Tapi akupun tidak mampu lagi menutupi perasaanku. Aku menyayangimu, dan aku sangat berharap kamu mau menerima diriku sebagai calon dari imam masa depanmu."


Suara riuh dan tepuk tangan membahana di sekitar mereka, ketika Danang sudah selesai dengan ucapannya. Gemeretak kayu api unggun meningkahi kegalauan Sandya, dia tidak menyangka jika Danang melamarnya di depan semua teman-temannya.


"Sejak—sejak kapan?" gumam Sandya gugup serupa bisikan. Tentu saja dia malu, sekaligus senang karena hatinya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan.


"Sejak kapan aku menyukaimu? Sejak pertama aku melihat bola mata indahmu di Perpustakaan waktu itu. Sandya, maukah kamu menjadi calon istriku, maukah kamu menikah denganku?"


"Terima! Terima! Terima!" teriakan riuh itu membuat Sandya semakin tertunduk dalam.


Puncaknya pria itu menyatakan perasaannya pada Sandya di malam liburan mereka di Puncak. Semua teman-temannya mendukungnya meski gadis itu belum memberikan keputusannya, dan Danang dengan harap cemas masih menunggu jawaban darinya. Apa Sandya langsung menerimanya? 


Tidak, terlebih menyadari bahwa mereka tidak sekufu. Yah, Sandya sadar dirinya hanyalah anak seorang pegawai pemerintahan tingkat Kabupaten, seorang gadis yang dibesarkan dengan lingkungan sederhana. Sementara Danang? Menurut yang didengar Sandya, pria itu berasal dari keluarga terpandang terlebih pamannya merupakan salah satu perwira tinggi di kemiliteran.


Itulah Sedikit Cerita Dari Novel Bukan Pernikahan Sandiwara karya Maya Batari . 


Cara baca novel Bukan Pernikahan Sandiwara full episode

Pertama kalian intall dulu aplikasi Wattpad di PlayStore/AppStore. Kemudian cari katalog Bukan Pernikahan Sandiwara. Oh iya siapkan coffee ya sambil membaca novel ini. Atau kalian bisa lakukan download file Pdf nya. Kalian bisa download Novel Bukan Pernikahan Sandiwara.pdf




Komentar (0)

Post a Comment